New Love Has Come

ImageBogor EduCARE, tempat kerjaku, selalu memberikan tantangan baru kepada para staf-nya. Salah satu tantangan tersebut adalah pergantian pengajar untuk mata kuliahnya. Pergantian di sini maksudnya adalah setiap dosen Bogor EduCARE, meskipun sekali, pernah ‘mencicipi’ rasanya mengajar hampir semua mata kuliah yang ada. Tak luput juga denganku. 

Sejak cawu II yang lalu, aku harus ‘berpisah’ dengan ‘pujaan’ku, yaitu mata kuliah Writing. Bergabung dengan Bogor EduCARE di tahun 2006, Writing merupakan teman setiaku. Suka duka telah aku alami bersamanya. Entah yang dicap mata kuliah paling susah, atau dosen dengan rekor men-DO terbanyak, atau harus keukeuh mempertahankan prinsip meski akhirnya ‘dipaksa’ tunduk dengan otoritas bos, semua itu sudah mengiringi perjalananku dengan Writing setiaku. Rasanya campur aduk ketika harus berpisah dengan teman senasib seperjuanganku (ampyuuun deh Chusy, lebay bener :D). Tapi life must go on kan. So, aku terima ‘tantangan’nya.

Translation adalah mata kuliah baru yang harus aku ampu. Dengan bekal yang sangat sedikit, aku pun berusaha pe-de mendalaminya. Materi dari para ‘pendahulu’ku aku ambil semua, aku pelajari, dan aku simpulkan sendiri. Ada juga teman yang telah resign membantu menjelaskan apa itu Translation dan bagaimana materi ajarnya. Dia juga telah ‘mewariskan’ modul Translation yang pasti sangat aku butuhkan. Meski tanpa silabus, aku tetap berusaha mengajar sebaik mungkin, dengan bertanya sana bertanya sini. Hasilnya? Wuaaaahhh, it’s really amazing. Tak hanya mengubah saja, tapi aku harus tahu prinsip dasarnya. Ada satu hal yang membuatku shocked, seakan-akan dijatuhkan dari tempat tertinggi, rasanya down banget. Yaitu saat aku tahu bahwa fokus Translation di cawu II hanya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, padahal aku sudah membuat modul dua bahasa dan tidak ada yang memberitahuku, duuuuhhhh sedihnya. Well, tapi kalau tidak mengalami, tidak akan mengerti kan? Itulah bantuan Sang Maha Kuasa untukku. Lalu kejadian lain adalah saat aku memberikan teks bahasa Inggris yang aku ambil dari Times Magazine. Waaaahhh, para mahasiswaku ‘menjerit’, susaaaaaaaahhhhhh miiiiisssss. Hahaha, satu pelajaran lagi. Pada saat final test dan mengetahui hasil akhirnya, aku bangga, sangat bangga. Team work kami, aku dan para mahasiwaku, benar – benar kompak. Peringatan ‘jangan lupa baca instruksi’nya cukup manjur. Hasilnya pun mujur.

Tapi tentunya itu hanya permulaan. Beda cawu, beda angkatan, akan beda tantangan. Bisa sama, bisa beda, bisa lebih bagus, tak jarang justru malah buruk. Menyerah? Tentu tidak. Lakukan yang terbaik, dan jika hasilnya tidak sesuai dengan impian, itu sudah digariskan. Kita boleh mengharapkan yang terbaik, pun kudu siap dengan hasil yang terburuk. Caiyooo Chusy, semangat…!!!

 

 

About chusya

Here I am the talkative person you will know. Do not judge me with my writing, these are my own opinions.
This entry was posted in Cerita Seputar BEC. Bookmark the permalink.

3 Responses to New Love Has Come

  1. n2fs says:

    Semangat buat Miss Chusy…..

Leave a comment